Yang menghina belun tentu lebih mulia dibandingkan yang dihina. Bahkan kebanyakan orang justru menghina diri mereka sendiri dengan menghina orang lain.
Itu adalah salah satu nasihat yang ada dalam buku Ayahku (Bukan) Pembohong. Nasihat itu ialah nasihat yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang bernama Dam ketika sang anak berkelahi hanya karena olok-olokan dari temannya. Sedikit spoiler mengenai cerita Ayahku (Bukan) Pembohong yang akan saya review pada postingan kali ini.
Sinopsis
Kapan
terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita
sungguh saying padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa
gelak, bercengkrama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh
bangga padanya?
Inilah kisah tentang seorang anak
yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang
justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat
kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak
menemukan
rumus itu di buku ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk menjelaskannya.
Mulailah membaca buku ini dengan
hati yang lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin
menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat
mengatakannya.
Tere-Liye adalah pengarang beberapa buku dengan rating tinggi di website para pecinta buku www.goodreads.com. Tere-Liye banyak menghabiskan waktu untuk melakukan perjalanan, mencoba memahami banyak hal dengan melihat banyak tempat. Selamat membaca buku kecil ini.
Resensi
Buku Tere-Liye yang satu ini mengisahkan
mengenai seorang anak yang bernama Dam. Dam dilahirkan dalam keluarga yang
sederhana. Dam dibesarkan dengan dongeng-dongeng dari sang Ayah yang
mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Dongeng-dongeng itu berhasil membuat Dam
tumbuh dengan pemahaman yang berbeda dan membentuk karakter Dam dengan baik.
Awalnya Dam selalu mempercayai
dongeng-dongeng sang ayah, hingga Dam termotivasi untuk memenangkan lomba
renang karena dongeng ayahnya tentang Sang Kapten sepak bola dari luar negeri
yang menjadi idolanya. Ayah Dam bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan sang
kapten dan menyaksikan sang kapten kecil yang pernah menjadi pengantar sup dan
berlatih dengan bola kasti kumal.
Seiring berjalannya waktu, rasa pensaran mengenai dongeng-dongeng sang Ayah mulai timbul dalam diri Dam, Dam mulai mempertanyakan apakah dongeng sang Ayah tersebut benar atau hanya sekedar Ayahnya yang mengarang. Hingga Dam kemudian bersekolah di Akademi Gajah, sekolah yang tidak pernah Dam dengar sebelumnya. Di Akademi Gajah, Dam banyak diajarkan tentang pengalaman hidup yang tidak selalu mengenai nilai, namun meniggikan ilmu.
Hingga suatu hari ketika Dam dihukum untuk membersihkan perpustakaan, Dam menemukan buku tua yang bercerita tantang suku penguasa Angin. Dimana kisah itu pernah Dam dengar dari sang Ayah. Yang mana Ayah Dam selalu mengatakan bahwa Lembah Bukhara adalah lembah yang pernah dikunjungi dalam petualangannya. Ia berkenalan dengan penguasanya dan mendapatkan cerita-cerita tentang nilai kehidupan. Begitu juga dengan dongeng suku Penguasa Angin. Ayah Dam mengenal dengan baik ketua suku yang juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diteladani.
Dam menjadi semakin ragu dengan dongeng-dongeng sang Ayah. Ketika musim libur tiba Dam pulang dan mempertanyakan kebenaran dongeng-dongeng sang Ayah. Ayah Dam selalu berkata “Ayah tidak bohong, Dam“. Hal itu membuat Dam berjanji untuk tidak lagi membicarakan hal itu. Ia percaya bahwa Ayahnya adalah orang paling jujur, bahkan terlalu jujur seperti kata kepala sekolahnya dahulu.
Pada tahun terakhir Dam di Akademi Gajah yang tinggal menghitung hari, tiba-tiba Dam mendapat telegram yang meminta Dam untuk berkemas dan segera pulang karena sang Ibu yang masuk rumah sakit. Ibu Dam mengidap penyakit serius sejak Dam belum dilahirkan. Namun Dam sama sekali tidak pernah diberi tahu. Selama ini ibu Dam hanya dirawat seperlunya. Dam yang waktu itu membawa uang hasil kerjanya di Akademi Gajah, berjanji akan memberikan perawatan maksimal pada sang Ibu.
Namun Ayah Dam kemudihan hanya bercerita tentang Si Raja Tidur yang mengatakan Ibu Dam tidak akan bisa bertahan lama. Dan jika Ibu Dam dapat bertahan sampai saat itu karena keajaiban dan itu pertanda bahwa ibu Dam bahagia. Hingga akhirnya Ibu Dam meninggal dan Dam tidak sempat memeluknya untuk yang terakhir kali. Wajah ibunya terlihat lelah, bagaimana mungkin Ibunya bahagia selama ini. Begitu pikir Dam. Sejak saat itu Dam mulai tidak mempercayai lagi dongeng-dongeng sang Ayahnya.
Sampai di akhir cerita, Dam sadar bahwa ayahnya memang tidak pernah berbohong. Dongeng-dongeng yang di ceritakan ayahnya selama ini benar adanya. Pertanyaan dan itu terjawab ketika ayah Dam sudah tiada. Ketika pemakaman ayahnya, Dam begitu terkejut dengan kedatangan “ Sang Kapten El-Capitano Elprience”, seorang pemain bola yang sangat terkenal dan sekaligus teman akrab ayahnya datang ke pemakaman. Sejak itu Dam sadar bahwa dongeng-dongeng masa kecil dari ayahnya tidak hanya karangan sang Ayah. Dam menjadi sedih. Dia tidak sempat meminta maaf pada sang Ayah.
Buku Ayahku (Bukan) Pembohong ini dengan bahasa yang sangat ringan
sehingga mudah untuk dipahami. Dalam buku ini menggunakan sudut pandang orang
pertama yang memiliki alur maju-mundur. Dalam buku ini memiliki cerita yang
imajinatif dimana Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin, Akademi Gajah merupakan
karangan yang diusung dalam kehidupan nyata. Dimana tidak adanya setting tempat
yang dibicarakan secara khusus.
Kelebihan
dari buku Ayahku (Bukan) Pembohong ini yaitu pada
cara penyampaian pesan moral yang mana disampaikan melaui cerita yang
inspiratif sehingga pembaca dapat dengan lebih mudah untuk menangkap pesan
moral. Kekurangan dari nove Ayahku
(Bukan) Pembohong ini yaitu pada bagian akhir cerita yang kesannya
memaksakan, menurut saya. Ada dua pesan moral yang saya suka dari buku ini
yaitu
Hakikat sejati kebahagiaan hidup berasal dari diri kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun- tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita.
Hakikat sejati kebahagiaan, ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata. Memperolehnya tidak mudah, kau harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana, dan apa adanya. Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh, dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih.
Baca juga: Riview Tentang Kamu- Tere Liye
Selamat
berlatih, semoga postingan kali ini bermanfaat. Bila ada kritik dan saran dapat
di sampaikan melalui komentar. Kalian juga bisa request buku untuk next
update, Insya Allah jika saya dapat menemukan bukunya akan saya review. Terimakasih.
3 Komentar
Lanjut lagi kak blok nya🤗
BalasHapusBagus banget 🥳🤗
BalasHapusSyap syapp🤗
Hapus