“Dalam hidup ini bukan tentang berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi dan lagi setelah gagal tersebut.”

Kira- kira salah kalimat itulah yang dikatakan oleh tokoh cerita dalam novel Tentang Kamu karya Tere Liye. Pada postingan kali ini saya akan meriview buku Tentang Kamu karya Tere Liye yang sempat beberapa kali saya menitikkan air mata ketika membacanya.

Sinopsis

Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.

Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.

Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarkanlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.

Review

            Kesan pertama aku ketika melihat judul dan  gambaran cerita yang ada di sampul belakang dari novel Tentang Kamu yaitu bahwa isi novel ini bakal bucin- bucin parah karena blurdnya yang amat kental dengan sisi cinta-cintaan. Namun dugaan ku tersebut salah besar, maafkan aku bang Tere Liye yang awalnya Seuzon ini. Hingga aku akhirnya mulai membaca.

            Tokoh utama dari novel ini bernama Zaman Zulkarnaen, dimana dia adalah seorang pengacara yang masih dibilang baru dari firma yang dikenal sebagai firma yang terkenal dengan kantor yang seperti kuil dan pengacara mereka adalah kesatria. Awal kisah Zaman mendapatkan tugas pertama dari pemimpin firma untuk mencari ahli waris dari klien yang memiliki warisan yang bernilai triliunan.

            Klien yang di dapatkan oleh Zaman adalah bukan seorang klien biasa. Klien kali ini dia adalah seorang wanita yang penuh dengan misteri dan selalu pandai mengerti tindakan-tindakan yang harus dilakukan sang klien. Klien tersebut bernama Sri Ningsih. Sri Ningsih yang di masa tuanya tinggal dipanti jompo di daerah dekat menara Eiffel yang menjadi tempat pertama yang Zaman kunjungi untuk mendapatkan petunjuk mengenai riwayat hidup seorang Sri Ningsih. Bertemulah Zaman dengan Amiee, dari Amiee Zaman mendapatkan buku diary Sri Ningsih yang memiki 5 bagain atau Sri Ningsih memberi nama pada setiap bagian dengan Juz. Jadi pada diary Sri Ningsih terdapat 5 Juz.

            Bagian pertama (Juz 1) atau halaman pertama dari buku diary Sri Ningsih di beri judul  Juz Pertama: Tentang Kesabaran. 1946-1960. Terdapat foto hitam-putih yang ditempelkan di halaman itu, gambar seorang anak remaja perempuan berusia belasan tahun di atas perahu kayu berukuran kecil, dengan tulisan “SRI” di dinding depan perahu. Di belakang perahu itu terpampang jelas sebuah papan nama petunjuk tempat “Bugin”.Bugin adalah tempat tujuan Zaman selanjutnya. Bugin adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia. Di pulau tersebut Zaman sempat hampir putus asa mencari tahu tentang Sri Ningsih karena pencariannya berhari- hari disana tidak kunjung menemukan seseorang yang dapat menceritakan tentang Sri Ningsih. Sampai di hari Zaman akan meninggalkan pulau Bugin, La Golo (sopir sekaligus guide yang menemani Zaman selama di Pulau Bugin) memberikan kabar bahwa Pak Tua atau Ode yang dapat menceritakan tentang Sri Ningsih telah kembali dari melaut.

Seperti judul dari buku diary Sri Ningsih. Di pulau bungin mengajarkan Sri Ningsih tentang kesabaran, dimana Sri Ningsih sudah menjadi anak piyatu sejak dilahirkan ke dunia, ibunya meninggal dunia setelah melahirkan Sri Ningsih. Hingga Sri Ningsih menjadi yatim piyatu di hari menjelang ulang tahunnya yang ke Sembilan. Sabarnya Sri Ningsih menghadapi perlakuan ibu tirinya. Hingga akhirnya Sri Ningsih dan adik tirinya memutuskan untuk pergi dari pulau bugin karena rumahnya yang hangus terbakar dan mengakibatkan ibu tirinya meninggal.

Juz dua dari buku diary Sri Ningsih  berjudul Tentang Persahabatan. 1961-1966. Terdapat foto yang direkatkan kembali pada bagain ini, foto tersebut masih hitam putih, dengan  Sri Ningsih yang berusia sekitar delapan belas tahun berfose diapit dua wanita yang lebih tinggi darinya. Sebelah kanan Sri, usianya sepantaran, wajahnya bundar khas penduduk Surakarta. Sebelah kiri Sri, usianya lebih tua, mungkin sekitar dua puluh satu tahun.

Madrasah Kiai Ma’sum  yang terletak di Surakarta adalah tempat yang dikunjungi Zaman setelah dari Pulau Bugin. informasi mengenai madrasah itu Zaman dapatkan dari Ode (Pak Tua) yang telah menceritakan semasa hidup Sri Ningsih di Pulau Bugin. Di madrasah tersebut Zaman bertemu Nur’aini yang ternyata adalah gadis yang berada di sebelah kanan pada foto yang ada di buku diary. Kisah pada bagaian ini menceritakan persahabatan Sri Ningsih, Nur’aini dan Sulastri. Persahabatan mereka yang mulanya amat sangat manis hingga timbul rasa iri dari Sulastri yang menghancurkan persahabatan mereka bertiga. Bagaimana sabarnya Sri Ningsih tetap saja berusaha memperbaiki hubungan persahabatan mereka yang hancur karena pengkhianatan. Dan berakhir dengan Sri yang memutuskan untuk pergi dari Surakarta.

Juz tiga dari buku diary Sri Ningsih berjudul  Tentang Keteguhan Hati. 1967- 1979. Terdapat dua foto pada bagain ini. Foto pertama  Sri Ningsih berdiri di depan proyek pembanguanan Tugu Monas, yang kedua Sri Ningsih sedang tertawa lebar, berada di antara pesta rakyat. Jakarta menjadi tujan infestigasi Zaman selanjutnya setelah mendapat informasi dari Nur’aini. Di Jakarta kali ini Zaman belum memiliki tujan pasti alamat mana yang harus dia tuju. Infestigasi kali ini Zaman bermodalkan surat-surat yang pernah dikirimkan Sri Ningsih pada Nur’aini. Kisah pada bagian ini menceritakan bagaimana keuletan dan kegigihan Sri Ningsih memulai usaha, dari menjual nasi goring beralih mendirikan tempat penyewaan mobil, bekerja di pabrik sabun dan kemudian mendirikan pabrik sabun sendiri. Hingga akhirnya Sri Ningsih memilih pergi dari Jakarta dan menjual pabrik sabunnya yang sudah mulai sukses tersebut.  Dan memilih hidup baru di London.

Juz empat dari buku diary Sri Ningsih berjudul Tentang Cinta. 1980-1999. Pada bagian ini juga terdapat dua foto. Yang pertama foto Sri Ningsih di depan Big Ben, menara jam yang terkenal di London, yang kedua foto Sri Ningsih masih ditempat yang sama, hanya berbeda lokasi. Sri berdiri di depan Tower Bridge, jembatan ikonik kota London di Sungai Thames. Kisah di Juz empat ini menceritakan kehidupan Sri Ningsih di London. Sri yang pernah bekerja menjadi supir bus di rute 16 yang menjadi rute terpenting di London. Sri yang mendapatkan keluarga angkat. Bertemu tambatan hati yang amat sangat gila, rela mengambil rute pagi ke arah selatan atau bus yang dikemudikan Sri Ningsih walau itu berlawanan dengan arah tempat kerjanya. Sri yang selalu sabar menerima ujian bertubi-tubi mulai dari kehilangan buah hatinya dua kali dan kehilangan suami tercinta. Dan berakhir dengan Sri Ningsih yang mutuskan pergi dari London.

Zaman masih belum menemukan ahli waris dari Sri Ningsih, namun tanpa di sangka ada firma hukum lain yang mengklaim bahwa telah menemukan ahli waris dari Sri Ningsih yaitu adik Sri Ningsih. Berkata akan segera mendaftarkan kasus warisan Sri Ningsih ke pemerintah London dan mengajak bekerja sama. Zaman tidak menerima itu karena dari hasil penelusurannnya adik Sri sudah meninggal. Zaman kembali melakukan infestigasi ke panti jompo dan kembali bertemu Amiee. Amiee menceritakan apa yang pernah Sri Ningsih lakukan di panti lebih detail dari sebelumya. Dari Sri yang mengajak senam SKJ seluruh penghuni panti, membuat menu makan berbeda Negara, sampai Sri Ningsih yang keliling dunia dengan pentas seni dari sanggar tarinya. Hingga akhirnya Zaman menemukan surat wasiat yang sudah disiapkan Sri Ningsih sebelum dia meninggal. Zaman memenangkan kasus itu, dan warisan Sri Ningsih dibagikan sesuai dengan surat wasiat yang telah Sri Ningsih tulis.

Juz lima atau bagian terakhir dari buku diary Sri Ningsih berjudul Tentang Memeluk Semua Rasa Sakit. 2000-…. Kali ini tidak ada foto. Sri hanya menuliskan satu paragraf kalimat, yang mana dia menerima semua hal menyakitkan yang pernah terjadi padanya.

Kisah yang disajikan dalam novel Tentang Kamu tersebut begitu epik. Cara menjelaskan tempat-tempat yang amat jelas membuat pembaca yang belum pernah mengunjungi menjadi tahu tempat itu. Bahasa yang digunakan juga mudah untuk dipahami. Cerita yang disajikan begitu runtut dari satu era ke era lain. Salah satu best quote menurut aku dari novel Tentang Kamu ini yaitu;

“Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru.”

Baca juga: Review Buku The Alpha Girl’s Guide: Menjadi Cewek Smart, Independen dan Anti-Galau

 Sekian resensi kali ini. Semoga postingan kali ini bermanfaat. Bila ada kritik dan saran dapat di sampaikan melalui komentar. Terimakasih.